Tiga Langkah Menyikapi Ujian yang
Diberikan Oleh Allah SWT.
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, semua manusia pasti pernah diberikan ujian oleh Allah SWT. Apalagi, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah dan rasulNya. Karena kata Allah dalam Surat Al-Ankabuut Ayat 2-3 berbunyi
Artinya :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan
: ‘ Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi (2) Dan
sesunggunya KAMI telah menguji orang2 yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang2 yang benar
dan sesungguhnya DIA mengetahui orang2 yang dusta (3).”
(Al-Qur’an, surat Al – Ankabuut (29), ayat 2-3).
Jelas tercantum dalam ayat tersebut
bahwa Allah akan memberikan ujian kepada orang beriman untuk menguji keimanan
yang dimilikinya tersebut. Ujian yang diberikan Allah itu berkaitan dengan
hartanya, dirinya, anak-anak serta keluarganya dan Allah tidak memberikan ujian kepada
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Simak Surat Al- Baqarah Ayat 286 yang bunyinya :
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Sebenarnya, ujian
sesulit apapun dapat kita lewati apabila kita benar dalam menyikapinya. Lalu
bagaimana cara menyikapi ujian yang diberikan Allah SWT dengan benar?
Setidaknya ada tiga cara menyikapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT.
Diantaranya adalah:
1. Bersyukur
Orang
lagi kena masalah kok malah disuruh bersyukur? Itulah mungkin yang mungkin
kebanyakan orang katakan ketika sedang memiliki masalah tapi malah disuruh
bersyukur. Mengapa harus bersyukur? Ya, karena lewat bersyukur kita akan
menjadi sadar bahwa begitu banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada
kita. Bersyukur ketika sedang memiliki masalah membuat kita lebih tenang dan menjadi
ingat kepada Allah. Contohnya, ketika seseorang sedang mengendarai sepeda
motor, lalu tanpa disengaja dia menabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang,
kebanyakan dari kita mungkin amakn menyikapinya secara berlebihan, padahal akan
lebih baik jika kita tetap tenang dan mencari hikmah atas kejadian tersebut
dengan bersyukur, misalnya, bersyukur karena yang tertabrak tidak mengalami
pendarahan yang hebat, bersyukur karena si korban tidak meninggal dunia, dan
bersyukur karena kita tidak mengalami hal yang lebih buruk lainnya.
Melalui bersyukur juga Allah akan
manambah nikmat atau karunia yang kita miliki, namun sebaliknya jika kita kufur
atau mengingkari nikmat yang Allah berikan tunggulah azab Allah yang sangat
pedih. Ibrahim Ayat 7 yang berbunyi :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih"
2. Bersabar
Ketika kita sedang diuji oleh Allah, tidak
jarang teman- teman kita mengucapkan
kepada kita yang sabar ya atau sabar aja badai pasti berlalu ko. Memang
benar apa yang teman kita katakana itu, disaat kita sedang ditimpa musibah/
ujian sikap terbaik yang kita lakukan setelah bersyukur adalah bersabar. Apa
itu sabar?
Sabar adalah kegigihan kita untuk
berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya.
Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya.Tidak jarang
orang yang diberikan ujian sakit, namun dia menyikapinya dengan banyak
mengeluh, padahal kita tahu mengeluh tidak akan membuat sakit yang kita alami
menjadi sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?
Ada beberapa
sikap yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap
berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh
ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak
Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya.
Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya
sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, “Inna ilaihi
raaji’uun.” Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita
kembali.
Sikap sadar tersebut akan berbuah
keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita
bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri.
Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh
kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi
pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan
olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota
tubuh lainnya.
Sikap
sabar yang kedua yang
harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah.
Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit
menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu
juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk
dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun
parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.
Sikap
ketiga,
dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri
juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.
Saudaraku,
sesungguhnya hidup sukses, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan
untuk dekat dengan-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang sabar. Untuk itu,
jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya shalat yang kita
kerjakan. Seperti yang tercantum dalam Surat Al- Baqarah ayat 153 yang
berbunyi:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
3. Tawakkal
Kepada Allah SWT
Setelah dua resep tadi, sekarang resep
yang terakhir dalam menyikapi masalah yang kita hadapi adalah dengan
bertawakkal kepada Allah.
Tawakkal
adalah berserah diri atau menyandarkan sesuatu kepada Allah setelah kita berusaha
semaksimal mungkin dalam menggapai sesuatu. Misalnya apabila ada seseorang yang
sedang menghadapi musibah seperti penyakit keras yang sukar untuk sembuh, tetapi
seseorang itu sudah melakukan segala jenis usaha untuk sembuh, maka langkah
terakhir yang dapat dilakukan hanyalah bertawakkal dan menyerahkan segalanya kepada
Allah SWT. Sembuh tidaknya Allah yang menentukan kita hanya berusaha untuk
menyembuhkan penyakit tersebut. Allah
SWT juga menyukai orang yang bertawakkal kepada Allah sebagimana yang Allah
firmankan dalam Surat Ali – Imran 159 yang berbunyi :
Artinya:
“….. Sesungguhnya Allah menyukai
orang yang bertawakkal”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar