Jumat, 25 Oktober 2013


Tiga Langkah Menyikapi Ujian yang Diberikan Oleh Allah SWT.

          
  Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, semua manusia pasti pernah diberikan ujian oleh Allah SWT. Apalagi, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah dan rasulNya. Karena kata Allah dalam Surat Al-Ankabuut Ayat 2-3 berbunyi  
          


                                               
                                                  


Artinya :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : ‘ Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi (2) Dan sesunggunya KAMI  telah menguji orang2 yang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang2 yang benar dan sesungguhnya DIA mengetahui orang2 yang dusta (3).” (Al-Qur’an, surat Al – Ankabuut (29), ayat 2-3).
            Jelas tercantum dalam ayat tersebut bahwa Allah akan memberikan ujian kepada orang beriman untuk menguji keimanan yang dimilikinya tersebut. Ujian yang diberikan Allah itu berkaitan dengan hartanya, dirinya, anak-anak serta keluarganya dan Allah tidak memberikan ujian kepada seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Simak Surat Al- Baqarah Ayat 286 yang bunyinya :

                                                                                                             
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
            Sebenarnya, ujian sesulit apapun dapat kita lewati apabila kita benar dalam menyikapinya. Lalu bagaimana cara menyikapi ujian yang diberikan Allah SWT dengan benar? Setidaknya ada tiga cara menyikapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Diantaranya adalah:
1. Bersyukur
            Orang lagi kena masalah kok malah disuruh bersyukur? Itulah mungkin yang mungkin kebanyakan orang katakan ketika sedang memiliki masalah tapi malah disuruh bersyukur. Mengapa harus bersyukur? Ya, karena lewat bersyukur kita akan menjadi sadar bahwa begitu banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Bersyukur ketika sedang memiliki masalah membuat kita lebih tenang dan menjadi ingat kepada Allah. Contohnya, ketika seseorang sedang mengendarai sepeda motor, lalu tanpa disengaja dia menabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang, kebanyakan dari kita mungkin amakn menyikapinya secara berlebihan, padahal akan lebih baik jika kita tetap tenang dan mencari hikmah atas kejadian tersebut dengan bersyukur, misalnya, bersyukur karena yang tertabrak tidak mengalami pendarahan yang hebat, bersyukur karena si korban tidak meninggal dunia, dan bersyukur karena kita tidak mengalami hal yang lebih buruk lainnya.
            Melalui bersyukur juga Allah akan manambah nikmat atau karunia yang kita miliki, namun sebaliknya jika kita kufur atau mengingkari nikmat yang Allah berikan tunggulah azab Allah yang sangat pedih. Ibrahim Ayat 7 yang berbunyi :


 


                                                                 
Artinya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

2. Bersabar
            Ketika kita sedang diuji oleh Allah, tidak jarang teman- teman  kita mengucapkan kepada kita yang sabar ya atau sabar aja badai pasti berlalu ko. Memang benar apa yang teman kita katakana itu, disaat kita sedang ditimpa musibah/ ujian sikap terbaik yang kita lakukan setelah bersyukur adalah bersabar. Apa itu sabar?
            Sabar adalah kegigihan kita untuk berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya. Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya.Tidak jarang orang yang diberikan ujian sakit, namun dia menyikapinya dengan banyak mengeluh, padahal kita tahu mengeluh tidak akan membuat sakit yang kita alami menjadi sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?
            Ada beberapa sikap yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya. Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, “Inna ilaihi raaji’uun.” Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali.
Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.
            Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.
        Sikap ketiga, dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.
        Saudaraku, sesungguhnya hidup sukses, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk dekat dengan-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang sabar. Untuk itu, jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya shalat yang kita kerjakan. Seperti yang tercantum dalam Surat Al- Baqarah ayat 153 yang berbunyi:
                                    

             
Artinya:
           “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

3. Tawakkal Kepada Allah SWT
            Setelah dua resep tadi, sekarang resep yang terakhir dalam menyikapi masalah yang kita hadapi adalah dengan bertawakkal kepada Allah.
            Tawakkal adalah berserah diri atau menyandarkan sesuatu kepada Allah setelah kita berusaha semaksimal mungkin dalam menggapai sesuatu. Misalnya apabila ada seseorang yang sedang menghadapi musibah seperti penyakit keras yang sukar untuk sembuh, tetapi seseorang itu sudah melakukan segala jenis usaha untuk sembuh, maka langkah terakhir yang dapat dilakukan hanyalah bertawakkal dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Sembuh tidaknya Allah yang menentukan kita hanya berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut.             Allah SWT juga menyukai orang yang bertawakkal kepada Allah sebagimana yang Allah firmankan dalam Surat Ali – Imran 159 yang berbunyi :
                                                            

Artinya:
            “….. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakkal”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar