Minggu, 24 April 2011

Antara Jihad dan Berzikir

 Antara Jihad dan Berzikir – “…. Wahai Tuhan, penuhilah janji-Mu untuk memberikan kemenangan kepada kami. Jika umat yang kecil ini binasa dan kalah maka menanglah agama berhala, dan akan tak ada lagi orang yang menyembah-Mu di permukaan bumi ini. Amin Ya mujibas-salin”. (Do’a Rasul SAW).
Seperangkap do’a diucapkan Rasulullah SAW, ditengah-tengah berkecamuk perang antara kafir dibawah komando Abu Jahal dengan pasukan Muslim dipimpin oleh yang mulia Muhammad Rasulullah SAW, yang dikenal dalam sejarah Islam perang Badar. Dengan lantunan do’a Rasulullah SAW, kepada  Yang Maha Kuasa Allah disebut jihad dan zikir berikan kemenangan kepada kami jika umat yang kecil ini binasa dan kalah maka menanglah agama berhala.
Dicatat sejarah perang Badar merupakan suatu perjuangan dahsyat kaum Muslimin dengan kaum kafirin, antara yang hak dan yang batil. Peristiwa Badar punya arti penting dan strategis bagi perjuangan Islam. Kemenangan gemilang dengan izin Allah SWT. Yang Maha Pelindung dan Maha Penolong memberikan semangat untuk meraih kemenangan selanjutnya. Situasi dan perhitungannya waktu itu tidak dengan ilmu tetapi dengan Iman yakni menghadapi pihak musuh yang berjumlah 1000 orang dilengkapi persenjataan lengkap dan modern waktu itu yang langsung dikomandoi Abu Jahal sebagai panglima perangnya. Dihadapi pasukan Islam dengan jumlah 313 tentara persenjataan seadanya kurang sekali standar dibutuhkan. Sahabat Rasul SAW.kelihatan seakan-akan tertegun, rupanya dikala itu sedang turun Wahyu Allah SWT, yang berbunyi “ Hai Nabi kerahkan orang-orang mukmin itu bertempur ; jumlah orang mukmin 20 orang yang tabah akan dapat mengalahkan 200 orang musuh, dan 100 orang akan dapat mengalahkan 1000 orang kafir, karena orang-orang kafir itu tidak mempunyai dasar yang kuat “. (Q.S. Al-Anfal : 65).
Menurut mufasir, orang kafir itu perang tidak mempunyai dasar atau tidak mengerti adalah mereka tidak mengerti bahwa peperangan ini haruslah untuk membela keyakinan dan menaati perintah Allah. Mereka berperang (kafir) hanya semata-mata mempertahankan tradisi jahiliyah dan maksud duniawiyah lainnya. Sekembalinya dari peperangan dahsyat itu Rasulullah SAW berkata terhadap para sahabatyang ikut perang Badar bersejarah sepanjnag masa.
Kita baru saja pulang dari suatu perjuangan peperangan kecil dengan meraih kemenangan gemilangdiluar perhitungan ilmu manusia biasa tidak beriman (tapi ingat) untk selanjutnya kita akan menghadapi perjuangan yang lebih dahsyat yaitu menghadapi hawa nafsu angkara suatu perjuangan tanpa mengenal akhir. Hikmah dari kejadian perang Badar itu adalah jihad fisik di medan pe

Memelihara amanah

Memelihara amanah – Allah Swt berfirman, “ Sesungguhnya kami pikiulkan amanah pada langit dan bumi serta gunung – gunung. Semuanya enggan memikulnya dan rasa kuatir akan kesanggupanya dan di terima oleh manusia. Sayang manusia itu zalim dan jahil “. ( Qs Al Ahzab – 72 ).
Memahami sepotong ayat Al Quran diatas  yang menegaskan bahwa manusia sudah di berikan kepercayaan untuk menerima amanah dari Allah Swt, yang mana masing – masing amanah tersebut pastilah menurut ukuran, kesanggupan, kekuatan dan kedudukan manusia di tengah – tengah kehidupan di muka bumi ini.
Sebahagian ulama menjelaskan yang di maksud dengan amanah adalah : Thaat / Berbakti baik yang bersifat khusus atau umum, karakter atau peranggai yang di jalankan penuh kesadaran / Thabi’yah dan selalu berikhtiariyah. Jelasnya, amanah merupakan tugas – tugas keagamaan yang konotasinya dengan tugas – tugas kemanusiaan, dalam rangka memelihara akal pikiran, jiwa dan hati nurani terhadap apa – apa yang telah di amanahkan Allah Swt pada umat manusia. Yang mana harus di penuhi dan selalu di pelihara exsistensinya untuk selanjutnya di pertanggung jawabkan.
Namun para pembaca di akhir surat Al Ahzab – 72 Allah Swt mensinyalir dengan suatu sindiran yang pedas dan jelas. ‘ Innahu kana zhalumam jahulan ‘ Sesungguhnya manusia itu adalah zalim ( aniaya ) dan jahil ( amat bodoh ).
Zalim dalam artian meletakan sesuatu itu tidak pada tempatnya, hal ini dapat kita rasakan dalam situasi dan kondisi sekarang ini, misalnya masalah hukum dan keadilan. Yang mana dua kalimat itu sangat di butuhkan oleh kebanyakan manusia khususnya rakyat Indonesia   , bahkan para petinggi hukum dan keadilan itu serta setiap individu maupun kelompok sudah mengetahui dan memahami hakekat dari hukum dan keadilan itu, yang tak lepas dari sifat keuniversalanya ( umum ).
Terangnya hukum dan keadilan tidak memandang status, jabatan, suku, ras, jenis kelamin dsb. Tapi kenapa mereka semua masih tetap mencoba untuk menipu rakyat dengan memutar balikkan fakta dan keadaan yang sesungguhnya. Realita yang kita hadapi saat ini sangat jauh berbeda dengan apa – apa yang telah di amanahkan Allah Swt pada mereka. Ada harga diri yang terinjak dan nyaris kehilangan kepercayaan sebagai anak bangsa, ketika mendengar dan menyaksikan hukum dan keadilan s