Ada sebuah lagu kanak-kanak yang masih saya ingat, yang menggambarkan tulusnya kecintaan Ibu yang tanpa pamrih dan tak pernah putus kepada kita .
Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
Sewaktu kecil, penghayatan kita akan lagu tersebut pastinya akan sangat jauh berbeda dengan saat-saat kita menjadi dewasa. Terlebih lagi saat kita sendiri yang dilahirkan sebagai perempuan menjadi seorang ibu.
Seorang Ibu sedemikian tingginya dipuji dan dipuja di dalam banyak syair-syair dan lagu, bahkan di dalam kitab sucipun diwajibkan untuk mencintai Ibu setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya. Namun di dalam kenyataan kehidupan kita sehari-hari sudahkah kita menempatkan Ibunda kita pada posisi yang seharusnya?
Banyak dari para Ibu dengan anak-anak yang sudah dewasa berpendapat bahwa dirinya bahagia selama anak-anaknya bahagia. Tak jarang sering kita melihat sendiri betapa kerasnya perjuangan orang tua kita, dan terutama Ibu-Ibu yang berjuang dalam menghidupi,mengasuh dan membesarkan anak-anak. Sehingga tidak jarang mereka bahkan tidak pernah mengenal kata “istirahat” atau bahkan mengenyam kenikmatan hidup karena waktu mereka hanya diisi dengan bekerja dan bekerja.